Perkembangan teknologi sangatlah pesat membuat manusia sangatlah diberikan kemudahan dalam menjalankan setiap aspek kehidupannya. Banyak permasalahan manusia juga yang sering kali terselesaikan berkat bantuan teknologi. AI atau Artificial Intelligence adalah salah satu bentuk teknologi yang kerap berevolusi seiring bertambahnya waktu.
Kecerdasan buatan (AI) merupakan sebuah bidang ilmu komputer yang khusus mempelajari tentang kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah dan pengenalan pola. Melalui bidang ilmu ini, manusia dapat menciptakan sebuah sistem yang dapat berpikir dan belajar seperti manusia.
Istilah AI pertama kali digunakan oleh John McCarthy pada konferensi AI pertama tahun 1956. Dilanjutkan dengan penemuan robot pertama yang dapat melakukan instruksi pada tahun 1969. Pengembangan Artificial Intelligence sempat terhenti setelah itu hingga memasuki era modern AI pada tahun 90-an.Berbagai penemuan dan pencapaian baru dapat diraih sejak era modern AI ini. Selain itu, berbagai demonstrasi yang dilakukan perusahaan raksasa teknologi kerap disajikan dalam skema pertempuran dengan manusia.
Sebetulnya ini merupakan hal yang wajar, mengingat bidang ilmu ini memang ditujukan untuk memecahkan masalah kognitif manusia. Dimulai dari penemuan komputer pertama (Supercomputer 'Deep Blue') yang mampu mengalahkan juara catur dunia, Garry Kasparov.
Komputer canggih karya IBM ini mengalahkan Garry dengan skor 4-2 di tahun 1996, dilanjutkan dengan hasil 3,5-2,5 pada pertandingan 6 babak pada tahun 1997. Selain itu, IBM juga berhasil mengalahkan dua juara dunia berturut-turut dalam permainan Joepardy menggunakan temuan komputer canggihnya yang bernama Watson.
Selanjutnya, ada Google dengan program AlphaGo yang berhasil mengalahkan Lee Sedol juara dunia permainan Go 18 kali pada tahun 2016.Setelah itu, perkembangan AI makin tak terbendung.Revolusi AI mulai terjadi, dari yang tadinya hanya terbatas pada membuat mesin berpikir seperti manusia. Kini AI mampu menciptakan kecerdasannya sendiri dengan kecepatan diluar nalar.
Program AlphaGo berkembang menjadi AlphaGo Zero, sebuah AI yang bisa belajar sendiri cara bermain Go. Hanya dalam 3 hari AlphaGo Zero berhasil mengalahkan versi AlphaGo sebelumnya. Dalam 40 hari, AlphaGo Zero berhasil menguasai seluruh pengetahuan tentang permainan Go yang dikembangkan manusia selama 3000 tahun.
Pencapaian AlphaGo Zero diatas cukup menarik perhatian. Namun, kini pencapaian selanjutnya pada perkembangan AI cukup membuat geger dunia teknologi, yaitu Generative AI. Generative AI atau GenAI adalah sebuah program AI yang dapat menghasilkan karya baru seperti, audio, foto, musik, video, teks, bahkan kode pemrograman.
Salah satu program yang beredar kini adalah ChatGPT, kemunculan AI ini sontak membuat geger dunia. Bagaimana tidak, ChatGPT ini pasalnya dapat menciptakan karya yang biasanya hanya bisa diciptakan oleh orang-orang yang kompeten dibidangnya. Dunia akademik merupakan salah satu yang dirasa terkena dampak dari ChatGPT ini. Dilansir oleh frekuensinews.com dari NYTimes, banyak Universitas di U.S yang mengganti metode pembelajarannya dan melakukan langkah pencegahan dampak dari ChatGPT ini. Tiga Universitas ternama di Amerika seperti Harvard University, University of Rhode Island dan Yale University telah mengajukan program GPTZero untuk mendeteksi teks yang dihasilkan oleh AI.
Selain dunia akademik, dunia pekerja juga dirasa perlu melakukan penyesuaian dengan kehadiran GenAI ini. Microsoft selaku salah satu perusahaan yang ikut bermitra dengan Chat GPT menegaskan "Mari kita lihat ChatGPT ini sebagai alat yang membantu kita dalam pekerjaan", ujar CEO Microsoft Satya Mandela. Para pekerja dirasa perlu mengembangkan skill dan kompetensi baru seperti, programming, data analysis, machine learning, dan critical thinking. Selain itu, ada beberapa soft skill yang mungkin lebih dibutuhkan pada era modern AI ini seperti problem solving, komunikasi, inovasi, kreativitas, dan hubungan interpersonal
Sumber : www.frekuensinews.com